29.1.14

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR





FRAKTUR

A.    PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya (Susanto, 2001 :97).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges, 2000 : 761).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang. Fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Carpenito, 1999:346).

B.     ETIOLOGI
1.      Trauma
2.      Pukulan langsung
3.      Kekuatan yang berlawanan
4.      Gerakan pemuntiran tiba – tiba
5.      Kontraksi otot yang berlebihan
(Susanto, 2001 : 97)

C.    KLASIFIKASI
1.      Berdasarkan jenis fraktur
a.       Fraktur Complete
Adalah garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
b.      Fraktur Incomplete
Adalah fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
c.       Fraktur Tertutup
Adalah fraktur tidak meluas melewati kulit.
d.      Fraktur Terbuka
Adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial terjadi infeksi.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
·         Grade I dengan luka bersih < 1 cm panjangnya
·         Grade II dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstansif
·         Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstansil merupakan yang paling berat.
(Doenges, 2000: 761)
2.      Berdasarkan pergeseran anatomis
a.       Greenstick adalah fraktur dimana salah satu sisi tutang patah sedang sisi lain membengkok.
b.       Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c.       Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang
d.      Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang.
e.       Kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
f.        Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang wajah dan tengkorak).
g.       Kompresi adalah fraktur diinana tulang mengalami kompresi.
h.       Patalogik adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit.
i.         Avulsi adalah tertariknya fragmen tulang oleh ligamen / tenda pada pelekatnya.
j.         Epifisral adalah fraktur melalui efisis.
k.       lmpaksi adalah fraktur dimana fragen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Nyeri
2.      Kehilangan fungsi
3.      Deformitas
4.      Pemendekan ekstermitas
5.      Krepitasi
6.      Bengkak lokal
7.      Perubahan warna
(Susanto, 2001 :98)

E.     PATOFISIOLOGI
Trauma mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan tulang sehingga terjadi perubahan / kerusakan jaringan sekitar : terjadi spasme otot, tekanan sumsum tulang belakang lebih tinggi dari kapiler, arteri dan vena terputus yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler menyebabkan perdarahan (pelepasan histamine dan katekolamin) sehingga fungsi plasma hilang dan memobilisasi asam lemak dimana akan terjadi kehilangan volume cairan, edema bergabug dengan trombosit, emboli, penekanan dan penyumbatan pembuluh darah akan terjadi penurunan perfusi jaringan.


F. KOMPLIKASI
1.      Malunion : Tulang patah telah sembuh dalam posisi seharusnya
2.      Delayed Union : Proses penyembuhan yang terus bejalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
3.      Non Union : Tulang yang tidak menyambung kembali
 (Dr. Himawan, 2000)

G. PENATALAKSANAAN
1.      Medis :
·         Reposisi
·         Imobilitas
a.       Fiksasi eksternalfraktur dimobilisasi dengan menggunakan bidai luar atau gips
b.      Fiksasieksternal, ujung patahan tulang disatukan dan difiksasi pada operasi
2.      Keperawatan
·         Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi untuk mempertahankan otot dapat mengecil secara bertahap jika tidak dipakai, mobilisasi dapat pula dimulai sampai ekstrenitas betul – betul kembali normal.
(Susanto,2001 : 98)

H.    FOKUS PENGKAJIAN
1.      Aktifitas / istirahat
Tanda         : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena fraktur
2.      Sirkulasi
Tanda         : Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cidera, takikardia (Respon stress, hipovolemia)
3.      Neurosensori
Gejala         : Hilang gerakan / sensasi, spasme otot
Tanda         : Deformitas lokal, krepitasi (Bunyi berderit), terlihat kelemahan, agitasi
4.      Nyeri/ kenyamanan
Gejala         : Nyeri berat tiba - tiba pada saat cidera
5.      Keamanan
Tanda         : Pembengkakan lokal, perdarahan, perubahan warna, laserasi kulit, avulse jaringan

6.      Penyuluhan
Gejala         : Lingkungan cidera
(Doenges, 2006 :761)

I.    FOKUS INTERVENSI
1.      Nyeri berhubungan dengan spasme otot.
Tujuan               : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil      :
·         Menyatakan nyeri hilang
·         Menunjukkan tindakan santai
lntervensi           :
a.       Pertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring / gips
Rasionalisasi : menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
b.      Tinggikan ekstermitas yang terkena cidera
Rasionalisasi : meningkatkan aliran
c.       Hindari penggunaan sprei atau bantal plastik dibawah ekstermitas dalam gips
Rasionalisasi : dapat meningkatkan ketidak nyamanan.
d.      Evaluasi keluhan nyeri atau tidak kenyamanan
Rasionalisasi : mempengaruhi pilihan/pengawasaan keefektifan interval.
e.       Berikan tindakan kenyamanan
Rasionalisasi : meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local.
f.       Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi
Rasionalisasi : mungkin dilakukan pada keadaan darurat untuk menghilangkan restrike sirkulasi.
(Doenges : 765)
2.      Resiko tinggi terhadap integritas kulit berhubungan dengan cidera.
Tujuan               : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil      :
·         Menyatakan ketidaknyamanan hilang
·         Mencapai penyembuhan sesuai waktu
Intervensi          :
a.       Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan
Rasionalisasi : memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.
b.      Massase kulit dan penonjolan tulang
Rasionalisasi : menurunkan tekanan pada area yang peka
c.       Ubah Posisi dengan sering
Rasionalisasi : mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan kulit.
d.      Observasi untuk potensial area yang tertekan
Rasionalisasi : tekanan dapat menyebabkan untuk serasi, nekrosis, dan kelumpuhan saraf.
e.       Kolaborasi dalam penggunaan, tempat tidur busa, bantal apung, atau kasur udara sesuai indikasi
Rasionalisasi : karena imobilisasi bagian tubuh, bonjolan tulang lebih dari area yang sakit oleh gips.
(Doenges, 2000 :771)
3.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromu kuler, nyeri.
Tujuan               : Pasien mampu aktifitas fisik dan ADL
Kriteria hasil      :
·         Mempertahankan mobilisasi pada tingkat paling tinggi
·         Meningkatkan kekuatan
Intervensi        :
a.       Kaji derajat mobilitas setelah cidera
Rasionaiisasi : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri tentang keterbatasan fisik.
b.      Instruksikan pasien untuk / Bantu dalam rentang gerak
Rasionalisasi : Meningkatkarr aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan torus otot.
c.       Bantu perawatan diri
Rasionalisasi : Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.
d.      Bantu pasien melakukan gerakan - gerakan sendi secara aktif atau pasif (Tucker, 1998)
Rasionalisasi : Berguna dalam membuat aktualitas individual latihan.
e.       Kolaborasi dengan ahli fisik I okupasi
Rasionalisasi : Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
(Doenges, 2000: 769)
4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, kebutuhan pengobatan.
Tujuan               : Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah

Kriteria hasil      :
·         Menyatakan paham tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
·         Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan
Intervensi          :
a.       Kaji tingkat Pemahaman Pasien
Resainolisasi : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.
b.      Beri informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
Rasionalisasi : memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi
c.       Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
Rasionalisasi : pasien dapat mengetahui secara detail tentang penyakitnya.
d.      Tinjau ulang pembedahan / prcsedur khusus yang dilakukan
Rasionalisasi : memberikan bantuan untuk memudahkan dalam pengobatan
(Doenges, 2000 : 775)
5.      Ansietas berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan.
Tujuan               : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 iam, pasien semakin tambah paham tentang kondisi yang dialaminya
Kriteria hasil      : mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana terapeutik, keluhan berkurang tentang cemas, ekspresi wajah, rileks
Intervensi          :
a.       Berikan kesempatan kepada pasien dan orang terdekat untuk engekspresikan perasaan dan harapannya
Rasional : Kemampuan pemecahan masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.
b.      Berikan informasi tentang sifat penyakit
Rasional : Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu mengurangi ansietas.
c.       Berikan informasi tentang tujuan dan tindakan yang diprogramkan
Rasional : Pengetahuan apa yang akan dirasakan membantu mengurangi ansietas.






DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall, 1999, Rencana Asuhan dan Doumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Doenges, E, Marilynn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC: Jakarta.

Dr. Hirnawan Sutisna, 2000, Patologi, FKUI, Jakarta.

Mansjoer Arif, 2000 , Kapita Selekta Kedokteran, Jilid ll, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Susanto Fitri H Sapto Harnowo, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Widya Medika, Jakarta.