FRAKTUR
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya
(Susanto, 2001 :97).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya
tulang (Doenges, 2000 : 761).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang.
Fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal
yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Carpenito, 1999:346).
B. ETIOLOGI
1.
Trauma
2.
Pukulan langsung
3.
Kekuatan yang berlawanan
4.
Gerakan pemuntiran tiba – tiba
5.
Kontraksi otot yang berlebihan
(Susanto, 2001 : 97)
C. KLASIFIKASI
1.
Berdasarkan jenis fraktur
a.
Fraktur Complete
Adalah garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari
tulang dan fragmen
tulang biasanya berubah tempat.
b.
Fraktur Incomplete
Adalah fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
c.
Fraktur Tertutup
Adalah fraktur tidak meluas melewati kulit.
d.
Fraktur Terbuka
Adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial terjadi infeksi.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
·
Grade I dengan luka bersih < 1
cm panjangnya
·
Grade II dengan luka lebih luas tanpa
kerusakan jaringan lunak yang ekstansif
·
Grade III yang sangat terkontaminasi dan
mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstansil merupakan
yang paling berat.
(Doenges, 2000: 761)
2.
Berdasarkan pergeseran anatomis
a.
Greenstick adalah fraktur dimana
salah satu sisi tutang patah sedang
sisi lain membengkok.
b.
Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c.
Oblik adalah fraktur membentuk
sudut dengan garis tengah tulang
d.
Spiral adalah fraktur memuntir
seputar batang tulang.
e.
Kominutif adalah fraktur dengan
tulang pecah menjadi beberapa
fragmen.
f.
Depresi adalah fraktur dengan
fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang wajah dan
tengkorak).
g.
Kompresi adalah fraktur diinana
tulang mengalami kompresi.
h.
Patalogik adalah fraktur yang
terjadi pada daerah tulang berpenyakit.
i.
Avulsi adalah tertariknya fragmen
tulang oleh ligamen / tenda pada pelekatnya.
j.
Epifisral adalah fraktur melalui
efisis.
k. lmpaksi
adalah fraktur dimana fragen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
D. MANIFESTASI KLINIS
1.
Nyeri
2.
Kehilangan fungsi
3.
Deformitas
4.
Pemendekan ekstermitas
5.
Krepitasi
6.
Bengkak lokal
7.
Perubahan warna
(Susanto,
2001 :98)
E. PATOFISIOLOGI
Trauma mengakibatkan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang sehingga terjadi
perubahan / kerusakan jaringan sekitar : terjadi
spasme otot, tekanan sumsum tulang belakang lebih tinggi dari kapiler, arteri
dan vena terputus yang menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler menyebabkan perdarahan
(pelepasan histamine dan katekolamin) sehingga fungsi plasma hilang dan
memobilisasi asam lemak dimana akan terjadi
kehilangan volume cairan, edema bergabug
dengan trombosit, emboli, penekanan dan
penyumbatan pembuluh darah akan terjadi penurunan perfusi jaringan.
F. KOMPLIKASI
1.
Malunion : Tulang patah telah
sembuh dalam posisi seharusnya
2. Delayed
Union : Proses penyembuhan yang terus bejalan
tetapi dengan kecepatan
yang lebih lambat dari keadaan normal
3.
Non Union : Tulang yang tidak
menyambung kembali
(Dr. Himawan, 2000)
G. PENATALAKSANAAN
1.
Medis :
·
Reposisi
·
Imobilitas
a.
Fiksasi eksternalfraktur
dimobilisasi dengan menggunakan bidai luar atau gips
b.
Fiksasieksternal, ujung patahan
tulang disatukan dan difiksasi pada operasi
2.
Keperawatan
·
Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi untuk mempertahankan otot dapat
mengecil secara bertahap jika tidak
dipakai, mobilisasi dapat pula dimulai sampai ekstrenitas betul – betul kembali normal.
(Susanto,2001
: 98)
H. FOKUS PENGKAJIAN
1.
Aktifitas / istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan
fungsi pada bagian yang terkena fraktur
2.
Sirkulasi
Tanda : Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi
cidera, takikardia (Respon stress,
hipovolemia)
3.
Neurosensori
Gejala : Hilang
gerakan / sensasi, spasme otot
Tanda : Deformitas lokal, krepitasi
(Bunyi berderit), terlihat kelemahan, agitasi
4.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba - tiba pada saat cidera
5.
Keamanan
Tanda : Pembengkakan
lokal, perdarahan, perubahan warna, laserasi kulit, avulse jaringan
6.
Penyuluhan
Gejala : Lingkungan cidera
(Doenges, 2006 :761)
I. FOKUS INTERVENSI
1.
Nyeri berhubungan dengan spasme
otot.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
·
Menyatakan nyeri hilang
·
Menunjukkan tindakan santai
lntervensi :
a.
Pertahankan mobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring / gips
Rasionalisasi : menghilangkan
nyeri dan mencegah kesalahan
posisi tulang.
b.
Tinggikan ekstermitas yang terkena
cidera
Rasionalisasi : meningkatkan aliran
c.
Hindari penggunaan sprei atau
bantal plastik dibawah ekstermitas dalam
gips
Rasionalisasi
: dapat meningkatkan ketidak nyamanan.
d.
Evaluasi keluhan nyeri atau tidak
kenyamanan
Rasionalisasi : mempengaruhi
pilihan/pengawasaan keefektifan
interval.
e.
Berikan tindakan kenyamanan
Rasionalisasi
: meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan local.
f.
Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian terapi
Rasionalisasi : mungkin dilakukan pada
keadaan darurat untuk menghilangkan restrike sirkulasi.
(Doenges : 765)
2.
Resiko tinggi terhadap integritas kulit
berhubungan dengan cidera.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
·
Menyatakan ketidaknyamanan hilang
·
Mencapai penyembuhan sesuai waktu
Intervensi :
a.
Kaji kulit untuk luka terbuka,
kemerahan, perdarahan
Rasionalisasi : memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.
b.
Massase kulit dan penonjolan tulang
Rasionalisasi : menurunkan tekanan pada area yang peka
c.
Ubah Posisi dengan sering
Rasionalisasi : mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko kerusakan
kulit.
d.
Observasi untuk potensial area yang
tertekan
Rasionalisasi : tekanan dapat menyebabkan untuk serasi, nekrosis,
dan kelumpuhan saraf.
e.
Kolaborasi dalam penggunaan, tempat tidur busa, bantal apung,
atau kasur udara sesuai indikasi
Rasionalisasi : karena imobilisasi bagian tubuh, bonjolan tulang
lebih dari area yang sakit oleh gips.
(Doenges, 2000 :771)
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan rangka neuromu kuler, nyeri.
Tujuan :
Pasien mampu aktifitas fisik dan ADL
Kriteria hasil :
·
Mempertahankan mobilisasi pada
tingkat paling
tinggi
·
Meningkatkan kekuatan
Intervensi :
a.
Kaji derajat mobilitas setelah
cidera
Rasionaiisasi : Pasien mungkin
dibatasi oleh pandangan
diri tentang keterbatasan
fisik.
b.
Instruksikan pasien untuk / Bantu dalam rentang gerak
Rasionalisasi : Meningkatkarr
aliran darah ke otot dan
tulang untuk meningkatkan
torus otot.
c.
Bantu perawatan diri
Rasionalisasi : Meningkatkan
kekuatan otot dan sirkulasi.
d.
Bantu pasien melakukan gerakan -
gerakan sendi secara aktif atau pasif
(Tucker, 1998)
Rasionalisasi : Berguna dalam
membuat aktualitas individual latihan.
e.
Kolaborasi dengan ahli fisik I okupasi
Rasionalisasi : Meningkatkan
penyembuhan dan
normalisasi fungsi organ.
(Doenges, 2000: 769)
4.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan prognosis, kebutuhan pengobatan.
Tujuan :
Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil :
·
Menyatakan paham tentang kondisi,
prognosis dan pengobatan
·
Melakukan dengan benar prosedur
yang diperlukan
Intervensi :
a.
Kaji tingkat Pemahaman Pasien
Resainolisasi : memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.
b.
Beri informasi tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan
Rasionalisasi : memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi
c.
Beri kesempatan pasien dan keluarga
untuk bertanya
Rasionalisasi : pasien dapat
mengetahui secara detail tentang penyakitnya.
d.
Tinjau ulang pembedahan / prcsedur
khusus yang dilakukan
Rasionalisasi : memberikan bantuan
untuk memudahkan dalam pengobatan
(Doenges, 2000 : 775)
5.
Ansietas berhubungan dengan faktor
kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik dan rencana tindakan.
Tujuan :
setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 iam, pasien
semakin tambah paham tentang kondisi yang dialaminya
Kriteria hasil :
mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana terapeutik,
keluhan berkurang tentang cemas, ekspresi wajah,
rileks
Intervensi :
a.
Berikan kesempatan kepada pasien
dan orang terdekat untuk engekspresikan
perasaan dan harapannya
Rasional : Kemampuan pemecahan
masalah pasien ditingkatkan bila lingkungan
nyaman dan mendukung diberikan.
b.
Berikan informasi tentang sifat penyakit
Rasional : Pengetahuan apa yang
akan dirasakan membantu mengurangi ansietas.
c.
Berikan informasi tentang tujuan
dan tindakan yang diprogramkan
Rasional : Pengetahuan apa yang
akan dirasakan membantu
mengurangi ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Juall, 1999, Rencana Asuhan dan Doumentasi Keperawatan,
Edisi 2, EGC, Jakarta.
Doenges, E, Marilynn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC: Jakarta.
Dr. Hirnawan
Sutisna, 2000, Patologi, FKUI, Jakarta.
Mansjoer Arif, 2000 , Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid ll, Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Susanto Fitri H Sapto Harnowo, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Widya Medika, Jakarta.