Kebutuhan Spritual
Kebutuhan spiritual
adalah kebutuhan
untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin
hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989). Maka dapat disimpulkan
kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup,
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan
untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Adapun adaptasi spiritual adalah proses
penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada
keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya
(Asmadi, 2008)
Individu sebagai makhluk spiritual mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Diciptakan Tuhan dalam
bentuk yang sempurna dibanding makhluk ciptaan lainnya.
2. Memiliki rohani/jiwa
yang sempurna (akal, pikiran, perasaan dan kemauan).
3. Individu diciptakan
sebagai khalifah (penguasa dan pengatur kehidupan) dimuka bumi.
4. Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial
yang utuh (Ali H.Z, 2002).
Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual seeorang menurut Westerhoff’s dibagi kedalam empat tingakatan berdasarkan katagori umur, yaitu :
1.
Usia anak
Anak, merupakan tahap perkembangan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain :
adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut.
Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan atau keyakinan
yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti ritual/meniru orang lain, seperti berdoa
sebelum tidur dan makan, dan lain-lain.
Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada
masa ini anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2.
Usia remaja
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya pertisipasi aktif
pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan
pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya,
yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melaui keyakinan atau kepercayaan.
Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
3.
Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau
kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada
masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan harus dapat
dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa
Merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spritual
1.
Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena
setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena
keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari – hari.
3. Ras / suku. Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan
kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan
arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya
dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.
Beberapa Peran yang Membutuhkan Spiritual
1.
Pasien kesepian. Pasien dalam keadaan kesendirian dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2.
Pasien ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan dan kecemasan dapat menimbulakan perasaan kacau,
yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3.
Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang mengkhawatirkan
karena akan timbul perasaan anatara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal
ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan ( Kebutuhan spiritual ). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.
Masalah Kebutuhan Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau resiko mengalami gangguan dalam
kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam kepercayaan,
adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada
kematian dan sesudah hidup.
Adanya keputusan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur. Dan
tekanan darah meningkat. Distres spiritual terdiri atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
2. Spitual yang khawatir, yaitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan keagamaan.
Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan
Hindu
|
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
|
Penyakit disebabkan oleh dosa masa lalu memperpanjang
hidup tidak dibenarkan
|
Sikh
|
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
|
WAnita diperiksa oleh wanita melepaskan pakaian dalam
akan menyebabkan distress yang besar
|
Budhis
|
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
|
Dapat menolak pengobatan pada hari suci Spirit bukan-manusia yang memasuki tubuh dapat menyebabkan
penyakit mungkin menginginkan pendeta budha tidak
mempraktikkan euthanasia mengizinkan untuk menghentikan pendukung hidup
|
Shinto
|
Menerima pengobatan medis modern sejalan dengan tradisi leluhur
|
Akan tidak mengizikan pengobatan yang “tampak”
|
Islam
|
Harus dapat mempraktikkan Lima Rukun Islam Dapat mempunyai pandangan yang
fatal tentang kesehatan
|
Menggunakan keprecayaan sebagai penyembuh anggota
keluarga harus tenang
Kelompok pendoa diperkuat mungkin mengizikan
penghetian pendukung hidup tidak mempraktikkan euthanasia
|
Yahudi
|
Mempercayai sanksi dari kehidupan Tuhan dan kedokteran harus mempunyai keseimbangan
Kepatuhan kepada hari sahabat adalah penting tidak melakukan aktivitas pada hari sahabat
|
Mengunungi orang sakit adalah suatu keajaiban mereka
berkewajiban untuk mncari perawatan eunatasia adalah
dilarang
Pendukung hidup tidak dibenarkan
|
Kristen
|
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
|
Menggunakan doa, kepercayaan sebagai penyembuh
Menghargai kunjungan dari gereja
Beberapa mengunakan “penumpang tangan” komunikasi
suci umumnya digunakan
|
Praktik Keagamaan yang berhubungan dengan kelahirn dan kematian
AGAMA
|
RITUAL SAAT KELAHIRAN
|
RITUAL SAAT KEMATIAN
|
Hindu
|
Tidak ada ritual khusus
|
Jenazahmungkin harus dibaringkan di lantai pendeta akan mengikatkan benang sekitar leher atau pergelangan tangan atau
( jangan dilepaskan ) pendeta akan memercikan air dalam mulut
klien keluarga akan memandikan jenazah sebelum dikremasi.
|
Sikh
|
Mengizinkan ibu dan anak untuk
tetap bersama
|
Mayat akan membutukan kelima Ks; kesh, rambut tidak boleh
digunting; kangra, sisir dari kayu; kara, ikatan pada pergelangan
tangan; kirpan, sumpah; kach celana pendek.
|
Buddhis
|
Tidak ada ritual
khusus pembabtisanpada akhir
masa kanak - kanak
|
Pendeta harus dipanggil.
Ritual akhir dan doa disamping tempat tidur .
Penguburan atau kremasi dapat diterima.
|
Shinto
|
Tidak ada ritual
khusus
|
Semua perhiasan harus dilepaskan, dan jenazah harus dimandikan dan dikenakan pakaian dalam kimono dan sepatu jerami.
|
Islam
|
Doa diucapakan
dalam telinga
bayi
|
Klien yang sekarat harus mengakui dosa-dosanya .
Jenazah dimandikan dan dibungkus dengan kain putih.
Kepala jenazah haru dihadapkan ke arah bahu kanan.
Jenazah haru dihadapkan ke timur, kea rah mekah yang die but
kalmia diucapkan.
|
Yahudi
|
Sirkumksisi pada hari ke - 8 untuk Yahudi
|
Jenazah dimandikan oleh anggota penguburan dan seseorang harus berada di dekat jenazah untuk Yahudi Ortodoks dan konservatif .
|
Kristen
|
Ritual beragam
Banyak melakukan pembabtis.
|
Ritual sangat beragam di antara kelompok
mungkin memberikan komuni terakhir
memilih kuburan daripada kremasi.
|
Gereja jesus Christ of later-day saints (mormon)
|
Pembabtisan
dengan
perendaman
|
Banyak yang melakukan komuni terakhir.
Lebih memilih penguburan daripada kremasi.
|
Proses Keperawatan Dan Spiritualitas
Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi ( caring ). Merawat seseorang adalah
suatu proses interaktif yang bersifat individual melalui proses tersebut individu menolong satu sama lain dan menjadi teraktualisasi.
Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhan. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien. Memahami spiritual klien dan kemudian
secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan perspektif
baru yang lebih luas. Heliker ( 1992 ) menggambarkan hal ini sebagai bidang yang menyangkut komunitas dan keharuan ( campassion ). Campassion berasal dari bahasa Latin pati dan cum, yang berarti
“menderita”, komunitas berasal dari bahasa Latin yang berarti “persahabatan”. Untuk dapat merasa sangat kasihan adalah dengan “memasuki tempat kepedihan, untuk berbagai kehancuran dengan manusia lainnya.
AKTIVITAS PENGKAJIAN
|
BATASAN KARAKTERISTIK
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
Minta klien untuk menggambarkan apa yang memberi
nilai pada kehidupan
|
Mengekspresikan kekuatiran terhadap makna hidup sebagai akibat penyakit
terminal
|
Distres spiritual yang berhubungan dengan tantangan
terhadap keyakinan akibat
penderitaan
|
Tanyakan bagaimana klien merasakan penyakit yang
diderita
|
Klien menyatakan “Tuhan sedang menghukum saya.” Menangis ketika
ditanyakan tentang penyakit
|
|
Terapkan apakah penyakit telah mengubah cara klien
mematuhi ritual keagamaan
|
Mengeluh bahwa ia berdoa lebih sering tetapi tidak merasa bahwa Tuhan
memaafkannya
|
Rencana Keperawatan
Dx. Ke
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Distres spiritual
|
Tujuan : diharapkan pasien dapat melaksanakan ritual spiritual.
KH :
1. Pasien dapat melanjutkan
spiritual yang bukan merusak kesehatan.
2. Pasien dapat mengekspresikan
penurunan perasaan bersalah.
3. Pasien mampu mengekspresikan kepuasan dengan kondisi
spiritual.
|
1. Kaji faktor-faktor penyebab
distres spiritual.
2. Bantu individu dengan keterbatasan fisik dan berdoa.
3. Berikan privasi dan ketenangan sesuai kebutuhan untuk
berdoa setiap hari.
4. Bantu dalam menjalankan
ibadah
|
1. Untuk mengetahui sampai
mana spiritual pasien.
2. Pasien dapat melaksanakan proses keagamaan.
3. Membantu ketenangan
pasien dalam beribadah.
4. Menjaga kenyamanan
pasien.
|
|
Implementasi
Implementasi
|
Respon
|
1. Mendeskripsikan faktor penyebab distres spiritual.
2. Membantu pasien dengan keterbatasan
fisik dan berdoa.
3. Memberikan privasi dan ketenangan
sesuai kebutuhan untuk berdoa setiap hari.
4. Membantu dalam menjalankan ibadah.
|
1. Ds : pasien mengatakan sudah dapat melakukan tindakan keagamaan.
Do : pasien tampak senang dapat melakukan ibadahnya.
2. Ds : pasien mampu melakukan perintah
perawat.
Do : pasien koopertif.
3. Ds : pasien mengatakan dapat beribadah.
Do : pasien tampak bersungguh – sungguh dalam beribadah.
4. Ds : pasien mengatakan dapat menjalankan
ibadah dengan khusuk.
Do : pasien tampak nyaman.
|
Evaluasi
Evaluasi
|
S : pasien mengatakan dirinya merasa lebih baik. Pasien sudah mengerti tentang Distres Spiritual.
O : pasien terlihat lebih baik dan pasien mampu melakukan tindakan keagamaan.
A : masalah sudah teratasi.
P : intevensi dilanjutkan.
|