2.6.17

KEBUTUHAN SPIRITUAL

Kebutuhan Spritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989). Maka dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Adapun adaptasi spiritual adalah proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya (Asmadi, 2008)
Individu sebagai makhluk spiritual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dibanding makhluk ciptaan lainnya.
2.      Memiliki rohani/jiwa yang sempurna (akal, pikiran, perasaan dan kemauan).
3.      Individu diciptakan sebagai khalifah (penguasa dan pengatur kehidupan) dimuka bumi.
4.      Terdiri atas unsur bio-psiko-sosial yang utuh (Ali H.Z, 2002).
Perkembangan Spiritual
Perkembangan spiritual seeorang menurut Westerhoff’s dibagi kedalam empat tingakatan berdasarkan katagori umur, yaitu :
1.    Usia anak 
Anak, merupakan tahap perkembangan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat, antara lain : 
adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain dengan keyakinan atau kepercayaan yang dianut. 
Pada masa ini, anak belum mempunyai pemahaman salah atau benar. Kepercayaan  atau keyakinan 
yang ada pada masa ini mungkin hanya mengikuti  ritual/meniru orang lain, seperti berdoa sebelum tidur dan makan, dan lain-lain. 
Pada masa prasekolah, kegiatan keagamaan yang dilakukan belum bermakna pada dirinya, perkembangan spiritual mulai mencontoh aktivitas keagamaan orang sekelilingnya, dalam hal ini keluarga. Pada
 masa ini anak biasanya sudah mulai bertanya tentang pencipta, arti doa, serta mencari jawaban tentang kegiatan keagamaan.
2.    Usia remaja 
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya pertisipasi aktif pada aktivitas keagamaan. Pengalaman dan rasa takjub membuat mereka semakin merasa memiliki dan berarti akan keyakinannya. Perkembangan spiritual pada masa ini sudah mulai pada keinginan akan 
pencapaian kebutuhan spiritual seperti keinginan melalui meminta atau berdoa kepada penciptanya, 
yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melaui keyakinan atau kepercayaan.
    Bila pemenuhan kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, akan timbul kekecewaan.
3.    Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau
 kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Pada
 masa ini, pemikiran sudah bersifat rasional. Segala pertanyaan tentang kepercayaan   harus dapat
 dijawab secara rasional. Pada masa ini, timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
4. Usia pertengahan dewasa
Merupakan tingkatan kepercayaan dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spritual
1.    Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena 
setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena
    keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari – hari.
3. Ras /  suku. Ras / suku  memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan
    kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan
    arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5.    Kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan  keberadaan dirinya
    dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

Beberapa Peran yang Membutuhkan Spiritual
1.    Pasien kesepian. Pasien dalam keadaan kesendirian dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.
2.    Pasien ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan dan kecemasan dapat menimbulakan perasaan kacau,  yang dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
3.    Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang  mengkhawatirkan  karena akan timbul perasaan anatara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal  ini adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
4. Pasien yang mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan  keberadaan Tuhan ( Kebutuhan spiritual ). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik, maka pasien akan lebih membutuhkan dukungan spiritual.

Masalah Kebutuhan Spiritual
Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau resiko mengalami gangguan dalam  kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam  kepercayaan, 
adanya keraguan yang berlebihan dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada 
kematian dan sesudah hidup.
Adanya keputusan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur. Dan 
tekanan darah meningkat. Distres spiritual terdiri atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang  yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
2. Spitual yang khawatir, yaitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem  nilai seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan keagamaan.

Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan

Hindu
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
Penyakit disebabkan oleh dosa masa lalu memperpanjang 
hidup tidak dibenarkan 
Sikh
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
WAnita diperiksa oleh wanita melepaskan pakaian dalam 
akan menyebabkan  distress yang besar
Budhis 
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
Dapat menolak pengobatan pada hari suci Spirit bukan-manusia yang memasuki tubuh dapat menyebabkan 
penyakit mungkin menginginkan pendeta budha tidak
 mempraktikkan euthanasia mengizinkan untuk menghentikan pendukung hidup
Shinto
Menerima pengobatan medis modern sejalan dengan tradisi leluhur
Akan tidak mengizikan pengobatan yang “tampak”
Islam
Harus dapat mempraktikkan Lima Rukun Islam Dapat mempunyai pandangan yang
fatal tentang kesehatan
Menggunakan keprecayaan sebagai penyembuh anggota
 keluarga harus tenang
Kelompok pendoa diperkuat mungkin mengizikan  penghetian pendukung hidup tidak mempraktikkan  euthanasia
Yahudi
Mempercayai sanksi dari kehidupan Tuhan dan kedokteran harus mempunyai keseimbangan 
Kepatuhan kepada hari sahabat adalah penting tidak melakukan aktivitas pada hari sahabat
Mengunungi orang sakit adalah suatu keajaiban mereka  berkewajiban untuk mncari perawatan eunatasia adalah 
dilarang
Pendukung hidup tidak dibenarkan
Kristen
Menerima ilmu pengetahuan medis modern
Menggunakan doa, kepercayaan sebagai penyembuh 
Menghargai kunjungan dari gereja
Beberapa mengunakan “penumpang tangan” komunikasi
 suci umumnya digunakan

Praktik Keagamaan yang berhubungan dengan kelahirn dan kematian 
AGAMA
RITUAL SAAT KELAHIRAN
RITUAL SAAT KEMATIAN
Hindu
Tidak ada ritual khusus
Jenazahmungkin harus dibaringkan di lantai pendeta akan mengikatkan benang sekitar leher atau pergelangan tangan atau 
( jangan dilepaskan ) pendeta akan memercikan air dalam mulut  klien keluarga akan memandikan jenazah sebelum dikremasi.
Sikh
Mengizinkan ibu dan anak untuk 
tetap bersama
Mayat akan membutukan kelima Ks; kesh, rambut tidak boleh 
digunting; kangra, sisir dari kayu; kara, ikatan pada pergelangan  tangan; kirpan, sumpah; kach celana pendek.
Buddhis
Tidak ada ritual 
khusus pembabtisanpada akhir
 masa kanak - kanak 
Pendeta harus dipanggil. 
Ritual akhir dan doa disamping tempat tidur .
Penguburan atau kremasi dapat diterima. 
Shinto 
Tidak ada ritual 
khusus
Semua perhiasan harus dilepaskan, dan jenazah harus dimandikan dan dikenakan pakaian dalam kimono dan sepatu jerami.
Islam
Doa diucapakan 
dalam telinga 
bayi
Klien yang sekarat harus mengakui dosa-dosanya .
Jenazah dimandikan dan dibungkus dengan kain putih.
Kepala jenazah haru dihadapkan ke arah bahu kanan. 
Jenazah haru dihadapkan ke timur, kea rah mekah yang die but 
kalmia diucapkan.
Yahudi 
Sirkumksisi pada hari ke - 8 untuk Yahudi
Jenazah dimandikan oleh anggota penguburan dan seseorang harus berada di dekat jenazah untuk Yahudi Ortodoks dan konservatif .
Kristen 
Ritual beragam
Banyak melakukan pembabtis.
Ritual sangat beragam di antara kelompok
mungkin memberikan komuni terakhir 
memilih kuburan daripada kremasi.
Gereja jesus Christ of later-day saints (mormon)
Pembabtisan 
dengan 
perendaman 
Banyak yang melakukan komuni terakhir.
Lebih memilih penguburan daripada kremasi.




Proses Keperawatan Dan Spiritualitas
Pada intinya keperawatan adalah komitmen  tentang mengasihi ( caring ). Merawat seseorang adalah  suatu proses interaktif yang bersifat individual melalui proses tersebut individu menolong satu sama lain  dan menjadi teraktualisasi.
Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien tidak sederhan. Hal ini sangat  jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual keagamaan klien. Memahami spiritual klien dan kemudian  secara tepat mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan perspektif  baru yang lebih luas. Heliker ( 1992 ) menggambarkan hal ini sebagai bidang yang menyangkut komunitas dan keharuan ( campassion ). Campassion berasal dari bahasa Latin pati dan cum, yang berarti 
“menderita”, komunitas berasal dari bahasa Latin yang berarti “persahabatan”. Untuk dapat merasa sangat kasihan adalah dengan “memasuki tempat kepedihan, untuk berbagai kehancuran dengan manusia lainnya.


AKTIVITAS PENGKAJIAN
BATASAN KARAKTERISTIK
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Minta klien untuk menggambarkan apa yang memberi
 nilai pada kehidupan
Mengekspresikan kekuatiran terhadap makna hidup sebagai akibat penyakit
 terminal
Distres spiritual yang berhubungan dengan tantangan 
terhadap keyakinan akibat
 penderitaan
Tanyakan bagaimana klien merasakan penyakit yang 
diderita
Klien menyatakan “Tuhan sedang menghukum saya.” Menangis ketika 
ditanyakan tentang penyakit
Terapkan apakah penyakit telah mengubah cara klien
 mematuhi ritual keagamaan
Mengeluh bahwa ia berdoa lebih sering tetapi tidak merasa bahwa Tuhan 
memaafkannya


Rencana Keperawatan
Dx. Ke
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Distres spiritual
Tujuan : diharapkan pasien dapat melaksanakan ritual spiritual.
KH :
1.    Pasien dapat melanjutkan  spiritual yang bukan merusak  kesehatan.
2.    Pasien dapat mengekspresikan  penurunan perasaan bersalah.
3.    Pasien mampu mengekspresikan kepuasan dengan kondisi  spiritual. 
1. Kaji  faktor-faktor penyebab 
     distres spiritual.
2. Bantu individu dengan  keterbatasan fisik dan berdoa.
3. Berikan privasi  dan ketenangan sesuai kebutuhan untuk  berdoa  setiap hari.
4. Bantu dalam menjalankan
     ibadah
1. Untuk mengetahui  sampai
     mana spiritual pasien.
2. Pasien dapat melaksanakan proses keagamaan.
3. Membantu ketenangan  pasien dalam beribadah.
4. Menjaga kenyamanan  pasien.






Implementasi
Implementasi
Respon
1. Mendeskripsikan faktor penyebab distres spiritual.
2. Membantu pasien dengan keterbatasan  fisik dan berdoa.
3. Memberikan privasi dan ketenangan  sesuai kebutuhan untuk berdoa setiap  hari.
4. Membantu dalam menjalankan ibadah.
1. Ds : pasien mengatakan sudah dapat melakukan tindakan keagamaan.
Do : pasien tampak senang dapat melakukan      ibadahnya.
2. Ds : pasien mampu melakukan perintah 
     perawat.
Do : pasien koopertif.
3. Ds : pasien mengatakan dapat beribadah.
Do : pasien tampak bersungguh – sungguh dalam beribadah.
4. Ds : pasien mengatakan dapat menjalankan  ibadah dengan khusuk.
Do : pasien tampak nyaman.

Evaluasi
Evaluasi
S : pasien mengatakan dirinya merasa lebih baik. Pasien sudah mengerti tentang Distres Spiritual.
O : pasien terlihat lebih baik dan pasien mampu melakukan tindakan keagamaan.
A : masalah sudah teratasi.
P : intevensi dilanjutkan.