Pengertian Oksigenasi
Oksigen
(O2)adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk hidup. Oksigen adalah
satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah pemenuhan akan
kebutuhan oksigen.
Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan
sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Respirasi berperan dalam mempertahakan
kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang
adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan
dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran
sel).
2.2.
Faktor
Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1.
Faktor fisiologis
Faktor
fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi :
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang
diinspirasi
2.
Faktor perkembangan
Saat
lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan
nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter
transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut
usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. Tahap
perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi
jaringan:
a. Bayi Prematur.
b. Bayi dan Todler.
c. Anak usia sekolah dan remaja.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan.
e. Lansia.
3.
Faktor lingkungan
Ketinggian,
panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai
akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung
yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
4.
Gaya hidup
Aktifitas
dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada
tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakitparu.
5.
Status kesehatan
Pada
orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel
tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek
sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler
yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
6.
Narkotika
Narkotika
seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik
analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
7.
Perubahan/gangguan pada fungsi
pernapasan
Fungsi
pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar
paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida
antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida
melalui darah ke dan sel jaringan.
8.
Perubahan pola nafas
Pernapasan
yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak).
Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
9.
Obstruksi jalan nafas
Obstruksi
jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas
meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya
benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing)
bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas. Obstruksi
jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang
terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya
suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
2.3.
Fisiologi
Oksigen
Peristiwa
bernapas terdiri dari 2 bagian:
1. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran
udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru.
Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada
turun/lebih kecil.
2.
Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena
ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot
pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan
rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh
terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1.
Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa factor:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer.
Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli
pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil
adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2.
Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke
kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O².
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara
berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan
O² dalam darah vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk
menembus dan mengikat HB.
3.
Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler
ke jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. curah jantung (kardiak output),
frekuensi denyut nadi.
b. kondisi pembuluh darah, latihan
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta
elitrosit dan kadar Hb.
2.4.
Masalah
/Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari
gas yang diinspirasi ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernapasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk
mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut
hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan
tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang
diproduksi → menyebabkan peningkatan rata–rata dan kedalamanpernafasan.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala :
a.
pusing
b.
nyeri kepala
c.
henti jantung
d.
koma
e.
ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi
kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah.
Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi
jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a.
napas pendek
b.
nyeri dada
c.
sakit kepala ringan
d.
pusing dan penglihatan kabur
e.
baal
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan
yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, o.k gagal jantung
kongestif, PTIK, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis
maupun pathologis.
Fisiologis :
a.
orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b.
pada anak-anak yang sedang tidur
c.
pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
Pathologis :
1)
gagal jantung
2)
pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s(hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneustic
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
2.5.
Kebutuhan
Oksigenasi Pada Manusia
1. Volume pasang surut
rata-rata adalah 500cc.
2. Volume cadangan hisap
adalah 300cc.
3. Volume cadangan hembus
adalah 1100cc.
4. Volume sisa rata-rata
adalah 1200cc.
2.6.
Penyampaian
Oksigen Ke Jaringan Tubuh
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
A.
Sistem
Respirasi
Sistem pernafasan terdiri dari organ
pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas
dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen
dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15
kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi
paru dan difusi.
1) Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya
udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan
koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot
pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf
frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi
karena adanya perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan
atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg)
daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada
faktor :
1.
Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan
napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
2.
Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3.
Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4.
Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
2) Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah
melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah
darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan
jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi
paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3) Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari
udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2)
terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi
udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan
tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya
pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan
tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi
masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2
dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang
sebagian terdiri dari gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
1)
Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan
lobus inferior.
2)
Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
(Syaifuddin, 1997).
Gambar 1. Lobus
Pulmo Sinistra dan dekstra. (Syaifuddin, 1997)
Bronkhus
terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di
sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia
diganti dengan sel epitelium yang pipih.
Dari
Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai
kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau Alveoli itu terdiri atas satu
lapis tunggal sel epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung
bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari
Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).
Gambar
2. Diagram dari akhiran sebuah Bronkhliolus didalam Alveoli. (Pearce. E. C,
2002)
B.
Sistem
Kardiovaskuler
a. Struktur Dan Letak Jantung
Jantung
terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.
Setiap belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut
“atrium” dan bagian bawah disebut “ventrikel”. Pada masing-masing belahan
terdapat satu atrium dan satu ventrikel. Atrium dan ventrikel
dihubungkan oleh lubang yang terdapat katup, pada bagian sebelah kanan disebut
katup (valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri
disebut katub mitral atau katub bikuspidalis. (Pearce, 1999)
Jantung
terbungkus oleh membran yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua
lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran
serus yang lekat sekali pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium
parentalis (lapisan yang membungkus jantung sebagai kantong longgar). Keduanya
dipisahkan oleh cairan pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi mengurangi
gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.
Jantung
terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot),
endokardium (lapisan dalam/endotel).
Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah melalui kamarjantung, sesuai petunjuk anak panah
b. Fisiologi Jantung
Jantung
berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi pulpomal
paru-paru vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel
kiri, katup aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava
inferior, dan kembali ke atrium kanan yang disebut “sirkulasi sistematik”,
sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk lewat katup trikuspidalis,
sirkulasi paru-paru yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.
Gangguan
aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan
vena tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung
terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium terjadi serentak
disebut systole atrial dan relaksasi atrium disebut diastole atrial, demikian
pula untuk kontraksi ventrikel disebut systole ventrikel dan relaksasi
ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi ventrikel lamanya 0,3 detik dan
relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan kontraksi
ventrikel lebih lama dan kuat.
Daya
pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit
dan memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa
setiap menit sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung
dapat mencapai 150 kali/menit, sehingga daya pompa jantung adalah 20-25
liter/menit. (Evelya C. Pearce, 2002).
Gambar 2. Gambaran
skematik aliran darah melalui system kardiovaskuler
C.
Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari
paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar
97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin
(Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280
juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin
berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi
pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, Ph, konsentrasi 2,3
difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hemoglobin
(Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.
2.7.
Anatomi Sistem Pernafasan
Anatomi sistem
pernafasan pada manusia sebagai berikut :
A.
Saluran Nafas Atas
1. Hidung
·
Terdiri atas bagian eksternal dan
internal
·
Bagian eksternal menonjol dari wajah
dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
·
Bagian internal hidung adalah rongga
berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit, yang disebut septum
·
Rongga hidung dilapisi dengan
membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung
·
Permukaan mukosa hidung dilapisi
oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke
belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
·
Hidung berfungsi sebagai saluran
untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
·
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam
paru-paru
·
Hidung juga bertanggung jawab
terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa
hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2.
Faring
·
Faring atau tenggorok merupakan
struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
·
Faring dibagi menjadi tiga region :
nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
·
Fungsi faring adalah untuk menyediakan
saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3.
Laring
·
Laring atau organ suara merupakan
struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
·
Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas :
·
Epiglotis : daun katup kartilago
yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
·
Glotis : ostium antara pita suara
dalam laring
·
Kartilago tiroid : kartilago
terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s
apple)
·
Kartilago krikoid : satu-satunya
cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
·
Kartilago aritenoid : digunakan
dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
·
Pita suara : ligamen yang dikontrol
oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen
laring)
·
Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi
·
Laring juga berfungsi melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4.
Trakea
·
Disebut juga batang tenggorok
·
Ujung trakea bercabang menjadi dua
bronkus yang disebut karina
B.
Saluran Nafas Bawah
1.
Bronkus
·
Terbagi menjadi bronkus kanan dan
kiri
·
Disebut bronkus lobaris kanan (3
lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
·
Bronkus lobaris kanan terbagi
menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
segmental
·
Bronkus segmentalis ini kemudian
terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat
yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2.
Bronkiolus
·
Bronkus segmental bercabang-cabang
menjadi bronkiolus
·
Bronkiolus mengadung kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian dalam jalan napas
3.
Bronkiolus Terminalis
·
Bronkiolus membentuk percabangan
menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4.
Bronkiolus respiratori
·
Bronkiolus terminalis kemudian
menjadi bronkiolus respiratori
·
Bronkiolus respiratori dianggap
sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas
5.
Duktus alveolar dan Sakus alveolar
·
Bronkiolus respiratori kemudian
mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
·
Dan kemudian menjadi alveoli
6.
Alveoli
·
Merupakan tempat pertukaran O2 dan
CO2
·
Terdapat sekitar 300 juta yang jika
bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
·
Terdiri atas 3 tipe :
ü
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveoli
ü
Sel-sel alveolar tipe II : adalah
sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
ü
Sel-sel alveolar tipe III : adalah
makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan
PARU
Ø
Merupakan organ yang elastis
berbentuk kerucut
Ø
Terletak dalam rongga dada atau
toraks
Ø
Kedua paru dipisahkan oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
Ø
Setiap paru mempunyai apeks dan
basis
Ø
Paru kanan lebih besar dan terbagi
menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
Ø
Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus
Ø
Lobos-lobus tersebut terbagi lagi
menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
PLEURA
Ø
Merupakan lapisan tipis yang
mengandung kolagen dan jaringan elastis
Ø
Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang
melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang
menyelubingi setiap paru-paru
Ø
Diantara pleura terdapat rongga
pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua
permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru
Ø
Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru
2.8.
Frekuensi Normal Pernafasan Manusia
v Usia baru lahir, frekuensi pernapasannya
bersisar antara 35-50 kali per menit
v Usia 2-12 tahun, frekuensi
pernapasannya bersisar antara 18-26 kali per menit
v Usia dewasa, frekuensi pernapasannya
bersisar antara 16-20 kali per menit
2.9.
Sianosis
·
Sianosis ditandai dengan warna kebiru-biruan kulit dan
selaput lendir. Sianosis biasanya adalah tanda kondisi bukannya penyakit itu
sendiri.
·
Gejala yang paling umum dari kondisi yang warna
kebiru-biruan bibir, jari-jari dan jari-jari kaki.
·
Gejala Sianosis dapat dipecah menjadi orang-orang
untuk tengah dan perifer Sianosis.
Gejala Sianosis
tengah
Ini diwujudkan oleh kebiruan atau
ungu warna lidah dan bibir dan membran mukosa mulut. Hal ini terlihat dalam
penyakit jantung atau paru-paru dan dalam kondisi hemoglobin abnormal seperti
methemoglobin dan sulfhemoglobin dll. Di sini Sianosis disebabkan karena
desaturation dari pusat darah arteri akibat penyakit jantung dan paru-paru.
Darah vena ini deoxygenated bukannya pergi ke paru-paru untuk oksigenasi
bergerak untuk umum sirkulasi darah tubuh yang menyebabkan gejala Sianosis.
Biasanya tengah Sianosis disertai dengan fitur perifer Sianosis. Mungkin ada
fitur lain seperti breathlessness, sesak napas, kebiruan atau ungu
discolouration membran mukosa oral, cepat dan dangkal bernapas dll. Tangan dan
kaki adalah suhu biasanya normal atau hangat. Mereka mungkin dingin jika ada
seiring perifer Sianosis.
Gejala perifer Sianosis
Hal ini disebabkan oleh sirkulasi
darah penurunan dalam perifer organ dan kaki. Hal ini mungkin terjadi karena
stasis atau stagnasi darah dan berlebihan ekstraksi oksigen dari darah yang
membuatnya deoxygenated dan mewujudkan sebagai Sianosis.
Daerah yang terkena dampak mengubah kebiruan atau ungu
dan dingin untuk menyentuh. Hal ini sering terlihat di ranjang paku.
Kondisi menyelesaikan dengan lembut pemanasan. Ada
tidak ada bluing membran mukosa mulut.
Usia dan onset Sianosis
Sianosis yang terjadi karena congential atau cacat
lahir dari jantung biasanya dimulai pada kelahiran atau dalam pertama beberapa
tahun kehidupan.
Di jantung, paru-paru embolism, radang paru-paru atau
akut parah serangan asma, Sianosis mungkin tiba-tiba atau tiba-tiba mulai
sebagai pasien "mulai mengubah biru" karena kekurangan oksigen.
Di sisi lain pasien dengan penyakit paru-paru
obstruktif kronis atau COPD sering mengembangkan Sianosis secara bertahap
selama bertahun-tahun.
Pasien dengan sejarah panjang COPD atau asma atau
penyakit paru-paru lainnya rentan untuk mengembangkan Sianosis
Gejala Sianosis
pada bayi
Bayi dengan Sianosis lelah atau
keringat saat sedang makan dan menunjukkan kurangnya berat badan.
Mereka mungkin lahir dengan berat
kelahiran rendah. Mereka mudah marah dan sering merasa floppy atau lemas.
Ada pembakaran bahan lubang hidung sebagai bukti dari
pernapasan laboured. Beberapa bayi mungkin mendengus atau memancarkan suara
dengan setiap napas.
Gejala Sianosis pada anak-anak
Anak-anak dengan penyakit jantung cyanotic juga
menganggap posisi squatting setelah aktivitas fisik untuk meringankan
breathlessness.
Pingsan mantra umum dengan anak-anak yang memiliki
penyakit jantung cyanotic. Anak-anak dengan penyakit jantung kongenital juga
rentan terhadap infeksi dada berulang-ulang.
Gejala lain Sianosis
Gejala lain Sianosis meliputi :
·
Mungkin ada breathlessness, kesulitan bernapas dan
cepat bernapas yang dangkal. Ini mungkin terjadi tiba-tiba dalam kasus-kasus
paru emboli, edema paru atau memutuskan serangan asma.
·
Gejala lain meliputi nyeri dada. Jika Sianosis
disebabkan karena efusi pleura (kumpulan cairan di sekitar paru-paru), radang
paru-paru atau pulmonary embolism yang ada mungkin nyeri dada. Edema paru juga
menyebabkan membosankan, sakit dada sesak.
·
Ada yang menyertai demam pada pasien dengan radang
paru-paru atau paru-paru emboli.
·
Mereka yang gagal jantung juga dapat batuk dahak
berbusa merah muda atau gelap lendir.
·
Ada bahan yang biasanya sendi terakhir jari-jari. Ini
memberi mereka sebuah klub seperti penampilan dan disebut clubbing jari.
·
Ini terjadi karena kekurangan oksigen berdiri lama
dalam penyakit tertentu jantung dan paru-paru. Sianosis sering disertai dengan
clubbing.
·
Ada kelelahan umum atau kelemahan pada pasien yang
menderita dari jangka panjang Sianosis. Mungkin ada episode sakit kepala juga.
2.10.
Asuhan Keperawatan Masalah Kebutuhan
Oksigenasi
A.
Pengkajian Keperawatan
1.
Riwayat keperawatan
Pengkajian
riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi, ada atau tidaknbya
gangguan proses pernapasan,gangguan pada peredaran darah.pada tahap pengkajian
keluhan atau gejala,hala yang perlu diperhatikanadalah infeksi kronis pada
hidung,sakit pada daerah sinusotitis media,keluhan nyeripada tenggorokan.
2.
Pola batuk dan produksi sputum
Tahap
pengkajian pola batuk dilakukan dngan cara menilai apakah batuk termasuk batuk
kering ,keras,dan kuat dengan suara mendesing berat dan berubah-ubah
seperti kondisi pasienyang mengalami penyakit kanker. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara meriksa warna,kejernihan,apaka bercampur darah terhada
sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
3.
Sakit dada
Pengkajian
sakit dada dilakukan dengan cara mengetahui bagian yang
sakit,luas,imtensiras,factor yang menyebabkan rasa saki,perubahan nyeri dada
apabila posisi pasien beruba,serta adanya hubumgan antra waktu inspirasi dan
ekspirasi dengan rsa sakit.
4.
Pengkajian fisik
a.
Infeksi pengkajian ini meliputi
penentuan jalan napas,apakah napas spontan melalui hidung,mulut,oral,nasal.
b.
Palpasi pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendekteksi kelaina seperti nyeri tekan yang ditimbulkan akibat
luka.melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat inspirasi
dan ekspirasi terjadi.
c.
Perkusi pengkajian ini bertujuan
untuk menilai normal atau tidanya suara perkusi paru.
d.
Auskultrasi pemeriksaan ini
bertujuan menilai adanya suara nafas
5.
Pemeriksaan laboratorium
Selain
pemeriksaan laboratorium Hb,leukosit dan yang lain-lain yang dilakukan secara
rutin,juga dilakukan pemeriksaan skuntumguna melihat kuman dengan cara
mikroskopis.uji resistensi dapat dilakukan secara kultur,untuk melihat sel
tumorpemeriksaan sitologi.
6.
Pemeriksaan diagnostic
a. Rontgen dada
b. Fluoroskopi
c. Bronkgrapi
d. Angiofrafi
e. Endoskopi
f. Radio isotop
g. Mediastinoskopi
B.
Diagnosis keperawatan
1.
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan
2.
pola nafas tidak efektif
3.
kerusakan pertukaran gas
4.
gangguan perfusi jaringan
C.
Perencanaan keperawatan
1.
mempertahankan jalan nafas agar
efektif
2.
mempertahankan pola pernafasan agar
kembali efektif
3.
memepertankan pertukaran gas
4.
memperbaikai perfusi jaringan
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.
Latihan nafas
Latihan nafas merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk dan mengurangi stress.
2.
Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih
pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring,trakea,dan broniolus dari secret atau benda asing dijalan
nafas.
3.
Pemberian oksigen
Pembrian oksigen merupakan tindakan keperawatan
dengan cara memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran pernafasan dengan
alatbantu oksigen.pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhab
manusia oaksigen da mencegah terjadinya hipoksia.
4.
Penghisapan lender
Penghisapan lender merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lender
sendri.tindakan ini bertuuan untukmembersihkan jalan nafas dan memenuhi
kebutuhan oksigenasi.
E.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:
1.
mempertahankan jalan nafas secara efektif
yang ditunjukan dengan cara adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas
bersih, tidak adanya sumbatan, frekuuensi, irama, kedalaman nafas normal, serta
tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
2.
mempertahankan pola nafas secara
efektif yang ditunjukan engan adanya kemampuan untuk bernafas, frekuensi, irama,
dan kedalaman nafas normal, tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
3.
mempertahan kan pertukaran gas
secara efektif yang ditunjukan dengan adanya kemampuan untuk bernapas secara
efektif, tidak ditemukan dispenea pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi
dalam batas normal, serta siturasi oksigen dan pco2 dalam keadaan normal.
4.
meningkatkan ferpusi jaringan dengan
adanya kemampuan pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi dalambatas
normal, dari status hidrasi normal.