29.1.14

ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK



 K A T A R A K

A.    PENGERTIAN
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pacla saat kelahiran (Katarak congenital).
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1996)

B.     ETILOGI
Etilogi katarak antara lain :
1.      Akibat proses penuaan
2.      Trauma mata tajam maupun tumPul
3.      Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
4.      Penyakit sistemis, seperti diabetes millitusihipoparatirodisme.
5.      Pemajanan radiasi
6.      Pemajanan yang lama sinar matahari (Sinar UV)
7.      Kelainan mata lain seperti uveltis anterior
(Brunner & Suddarih, 2001 : 1996)

C.    KLASIFIKASI KATARAK
1.      Katarak Kongenital
Katarak ini terjadi akibat kelainan lokal intraokuler atau kelaian umum yang merupakan proses penyakit pada janin dan dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung dan dapat juga terjadi bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung seperti pada rubiza.
Macann Katarak kongenital :
a.      Katarak lumelarizonular
Karatak ini bersifat herediter, ditransmisikan secara dominan, bilateral, dan terlihat setelah lahir. Kekeruhan dapat menutupi pupil. Bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering mengganggu penglihatan. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat melihat pada pemeriksaan oftalmoskopi, maka perlu dilakukan aspirasiatau irigasi lensa.



b.      Katarak polaris Posterior
Disebabkan oleh menetapnya selubung vaskuler lensa, kadang-kadang tiap arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa bagian belakang. Pengobatan dengan pembedahan lensa.
c.       Katarak polaris anterior
Terjadi saat korneabelum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembanagn embrional, mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata depan, didapatkan suatu bentuk kekeruhan dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti pyramid, dan berjalan progresif. Pengobatannya tergantung keadaan kelaian. Bila tidak terlihatnya fundus pada pemerikasaan aftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.
d.      Katarak inti (Nuclear)
Kekeruhan di daerah nucleus lensa, bentuk kekeruhan seperti bintik-bintik yang terlihat bilateral dan berjalan tidak progresif serta tidak mengganggu penglihatan, bersifat herediter atau dominan.
e.       Katarak sutural
Kekeruhan lensa di daerah sutura fetal, terjadi bilateral, bersifat statis dan familial, tidak mengganggu penglihatan karena tidak rnengenai media penglihatan.
2.      Katarak Sentle
Katarak ini berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi didalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya necieus dengan berkembangnya lapisan kofieks lensa.
Katarak ini sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadi skleosis lensa yang timbul pada usia decade 4 dalam bentuk presbiopia.
Macam-macam Katarak Senile :
a.       Katarak Nuclear I
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lnti yang putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudiarl menjadi hitam disebut katarak Brunesen/nigra.
b.      Katarak kortikal
Terjadinya penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Penderita merasa mendapat kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
c.       Katarak Kupuliforit
Terlihat pada stadium dini katarak kortikal/nuclear. Kekeruhan terletak dilapisan korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak.
d.      Katarak Komplikata
Suatu bentuk kekerutan lensa akibat penyakit lain tapi bisa pula penyakit intraokuler (tidosiklitis, gloukoma, ablasi retina, myopia tinggi) dan biasanya mengenai suatu mata.
Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum akan mengenai kedua mata walau tidak bersamaan. Katarak ini timbul pada usia yang lebih fiuda. Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah Diabetes melitus, Hipoparatyroid, Miotonia distrofi dan Titani infantite. Pengilahan dilakukan bila sudah mengganggu pekeriaan sehari-hari.
e.       Katarak Sekunder
Terjadi setelah beberapa bulan setelah Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK) atau setelah emulsifikasi. Berupa penebalan kapsul posterion akibat ploriferasi sel-sel radang, pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam penglihatan, penepalan tersebut dibuka dettgan sayatan sinar laser (photo desruption) memakaialat.
f.       Katarak Suvenil
Terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cara hasil pembedahan dilakukan apabila diperkirakan akan menimbulkan anbliopia.
g.      Katarak Trauma
Terjadi akibat rudapaksa tumpul atau tajam (Ilyas, 2000) cukup untuk mendorong tumor vitreus masuk kekapsut lensa (Nettipa, 2000: 43) pengobatan bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dalam bentuk gloukoma aliibat lensa yang mencembung atau uveitis akibat masa lensa.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Penurunan ketajaman penglihatan
2.      Silau
3.      Adanya pengemburan seperti mutiara keabuan pada pupil
4.      Pandangan kabur/redup
5.      Susah melihat di malam hari
6.      Pupil tampak kekuning-kuningan, abu-abu/putih
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1996)

E.     FATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar, Lensa mempunyai 3 komponen anatomis (nucleus, korteks, kapsul anterior dan posterior). Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opsitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jandela perubahan fisik dan kirnia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada selabut halus multiple (zanula) yang memanjang dari badan gilier ke sekitar daerah di lensa, misalnya : dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat lalannya cahaya ke retina. Salah satu teori mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari dengenerasi.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma/sistematis (diabetes), tapi sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ketujuh. Katarak dapat bersifat conginental dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambilobia dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor yang paling sering diperankan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV B, obat-obatan, atkohol, merokok, diabetes danasupan vitamin. Antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
(Bunner dan Suddarth, 2001 : 1990)







F.     PATWAY




 
 
G.    KOMPLIKASI
1.      Kerusakan endetel kornea
2.      Sumbatan Pupil
3.      Glaukoma
4.      Perdarahan
5.      Fistulaluka op
6.      Endoftalmitis
Pemerikasaan Dlagnosa :
1.      Optalmoskopi
2.      A-Scan ultrasound
3.      Slit lamp
4.      Shadow test.

H.    PENATALAKSANAAN
1.      Pembedahan
2.      Pasca operasi ditujukan untuk mencegah infeksi dan terbukanya luka operasi. pasien diminta untuk tidak banyak begerak, menungging / bersujud dan menghindari rnengangkat beban berat selama sebulan. Mata ditutup selama beberapa hari/ dilindungi dengan kacamata pada siang hari. Dalam beberapa minggu pada waktu malam hari mata diberi perlindungan dari logarn selama 6-8 minggu kacamatan permanen.
(Bunner & Suddarth, 2001:1 997)

I.       FOKUS PENGKAJIAN
1.      Aktivitas Istirahat
Gejala      : perubahan aktivitas biasanya,/hobi sehubungan dengan gangguan Penglihatan
2.      Makanan / Cairan
Gejala      : Mual/muntah
3.      Nevro Sensori
Gejala      : Gangguan penglihatan (kabur/taK jelas). sinar terang menyebapkan silau dengan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa diruang gelap.
Tanda       : Tampak kecoklatan/putih susu pada pupil
  Pupil menyempitkan dan merah
  Peningkatan ain mata
4.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala      : Ketidaknyamanan ringan / mataberair
(Doenges, 1999:412)
J.       FOKUS INTERVENSI
1.      Resiko cedera berhubungan dengan penurunan ketajaman mata (kerusakan penglihatan).
Tujuan      : menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
Intervensi :
a.       Bantu aktivitas dan libatkan keluarga
b.      Bantu Pasien menata lingkungan
c.       Orientasi pasien pada lingkungan
d.      Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba menggaruk mata.
e.       pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
Rasional :
a.       Meningkatkan kenyamanan dan kekeluargaan pasien dan keluarga
b.      Meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien
c.       Menurunkankecemasan
d.      Menurunkan stress
e.       Melindungi dari cidera kecelakaan dan merurunkan gerakan mata.
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhuburrgan dengan trauma pembedahan
Tujuan      : Menurunkan nyeri atau terjadinya hilang nyeri
Kriteria hasil : - pasien menyatakan nyeri berkurang
- Pasien dapai beristirahat dengan tenang.
Intervensi        :
a.       Kaji nyeri
b.      Kurangi pencahayaan
c.       Berikan anjuran uniuk ltenggunakan kacamata hiiam pada cahaya kuai.
d.      Beri kompres dingin.
e.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
3.      Resiko tinggi berhubungan dengan adanya luka bekas operasi.
Tujuan                  : Menurunkan resiko tinggi
Kriteria hasil        : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas , drainase pufulen, edema dan demam.
(Doonges, 1999:415)
Intervensi :
a.       Jaga kebersihan Luka
b.      Observasi adanya tandatanda inveksi
c.       Beri posisi yang cepat
d.      Baiasi aktivitas pasien
e.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
Rasional :
a.       Tehnik aseptik menurunkan jumfah bakteri dan penyebarannya
b.      Untuk mencegah/ menurunkan resiko terjadinta infeksi
c.       Menurunkan tekanan pada mata yang sakit dan meminimatkan resiko pendarahan
d.      Menurunkan stress pada area operasiatau menurunkan TIO
4.      Ansietas berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
Tujuan             : Menurunkan ansietas
Kriteria hasil    : Pasien tampak rireks dan ansietas menurun.
Intervensi :
a.       Kaji derajat kerusakan penglihatan
b.      Orientasi pasien pada lingkungan
c.       Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah
d.      Libatkan keluarga dalam aktivitas sosial dan penglihatan bila memungkinkan.
Rasional          :
a.       mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman potensial siklus aktivitas dan mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO
b.      Mengurangi disorientasi pasien
c.       Memberi kesempatan pasien untuk menerima situasi nyata
d.      Memberi kenyamanan dan meningkatkan kekeruargaan.
(Doenges, 1999 : 420)
5.      Potensial kurangnya perawdtan diri berhubungan dengan penurunan penglihatan mata.
Tujuan : Pasien dapat melakukan perawatan diri
Kriteria hasi     : pasien menyatakan nyaman dan dapat melakukan perawatan diri.
(Doenges, 1999:416)
Intervensi        :
a.       Bantu aktivitas pasien dan libatkan keluarga.dalam pemenuhan ADL.
b.      Ajarkan pasien dan keluarga tehnik panduan penglihatan.
Rasional :
a.       memberi kenyamanan pasien dan meningkatkan ke.keluargaan.
b.      Memberikan kesematan pasien dan keruarga untuk meningkatkan kenyamanan dan melakukan tindakan mandiri.












DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilyn, Mary Francer Moorhouse, Alice C.Galssler, 2000. Rencana Asuhan Keperatan. Edisi 3, Alih bahasa I Made Koriasih. Jakarta : EGC,. Hal 412.
Doengos Marilyn, Rencana Astlhan Keperawatan Edisi2. Alih bahasa. Jakarta : EGC : hal 412
Brunner & Suddart, 2001-1996.
Sari, Ilmu Penyakit Mata Ilyas, 2000 hal 89 – 95.
Smeltzet C Suianne, Bare, G. Brenda 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Vol. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar