K A T A R A K
A. PENGERTIAN
Katarak
adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pacla saat kelahiran (Katarak congenital).
(Brunner
& Suddarth, 2001 : 1996)
B. ETILOGI
Etilogi
katarak antara lain :
1.
Akibat proses penuaan
2.
Trauma mata tajam maupun tumPul
3.
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
4.
Penyakit sistemis, seperti diabetes
millitusihipoparatirodisme.
5.
Pemajanan radiasi
6.
Pemajanan yang lama sinar matahari (Sinar
UV)
7.
Kelainan mata lain seperti uveltis anterior
(Brunner
& Suddarih, 2001 : 1996)
C. KLASIFIKASI KATARAK
1.
Katarak Kongenital
Katarak
ini terjadi akibat kelainan lokal intraokuler atau kelaian umum yang merupakan
proses penyakit pada janin dan dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit
ibu yang sedang mengandung dan dapat juga terjadi bersamaan dengan proses
penyakit ibu yang sedang mengandung seperti pada rubiza.
Macann Katarak kongenital :
a. Katarak lumelarizonular
Karatak
ini bersifat herediter, ditransmisikan secara dominan, bilateral, dan terlihat
setelah lahir. Kekeruhan dapat menutupi pupil. Bila tidak dilakukan dilatasi
pupil sering mengganggu penglihatan. Bila kekeruhan sangat tebal sehingga
fundus tidak dapat melihat pada pemeriksaan oftalmoskopi, maka perlu dilakukan
aspirasiatau irigasi lensa.
b. Katarak polaris Posterior
Disebabkan
oleh menetapnya selubung vaskuler lensa, kadang-kadang tiap arteri hialoid yang
menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan lensa bagian belakang. Pengobatan
dengan pembedahan lensa.
c. Katarak polaris anterior
Terjadi
saat korneabelum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembanagn embrional,
mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata depan, didapatkan suatu
bentuk kekeruhan dalam bilik mata depan yang menuju kornea sehingga
memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti pyramid, dan berjalan progresif.
Pengobatannya tergantung keadaan kelaian. Bila tidak terlihatnya fundus pada
pemerikasaan aftalmoskopi maka dilakukan pembedahan.
d.
Katarak inti (Nuclear)
Kekeruhan
di daerah nucleus lensa, bentuk kekeruhan seperti bintik-bintik yang terlihat
bilateral dan berjalan tidak progresif serta tidak mengganggu penglihatan,
bersifat herediter atau dominan.
e.
Katarak sutural
Kekeruhan
lensa di daerah sutura fetal, terjadi bilateral, bersifat statis dan familial,
tidak mengganggu penglihatan karena tidak rnengenai media penglihatan.
2.
Katarak Sentle
Katarak
ini berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan
yang terjadi didalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya
necieus dengan berkembangnya lapisan kofieks lensa.
Katarak
ini sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat
mulai terjadi skleosis lensa yang timbul pada usia decade 4 dalam bentuk presbiopia.
Macam-macam Katarak Senile :
a.
Katarak Nuclear I
Inti
lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lnti yang
putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudiarl menjadi hitam disebut
katarak Brunesen/nigra.
b.
Katarak kortikal
Terjadinya
penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat
perubahan indeks refraksi lensa. Penderita merasa mendapat kekuatan baru untuk
melihat dekat pada usia yang bertambah.
c.
Katarak Kupuliforit
Terlihat
pada stadium dini katarak kortikal/nuclear. Kekeruhan terletak dilapisan
korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya
terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak.
d.
Katarak Komplikata
Suatu
bentuk kekerutan lensa akibat penyakit lain tapi bisa pula penyakit intraokuler
(tidosiklitis, gloukoma, ablasi retina,
myopia tinggi) dan biasanya mengenai suatu mata.
Katarak
yang berhubungan dengan penyakit umum akan mengenai kedua mata walau tidak
bersamaan. Katarak ini timbul pada usia yang lebih fiuda. Kelainan umum yang
dapat menimbulkan katarak adalah Diabetes melitus, Hipoparatyroid, Miotonia distrofi dan Titani infantite. Pengilahan
dilakukan bila sudah mengganggu pekeriaan sehari-hari.
e.
Katarak Sekunder
Terjadi
setelah beberapa bulan setelah Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK) atau
setelah emulsifikasi. Berupa penebalan kapsul posterion akibat ploriferasi
sel-sel radang, pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila mengganggu tajam
penglihatan, penepalan tersebut dibuka dettgan sayatan sinar laser (photo
desruption) memakaialat.
f.
Katarak Suvenil
Terjadi
pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek
seperti bubur dan disebut sebagai soft cara hasil pembedahan dilakukan apabila
diperkirakan akan menimbulkan anbliopia.
g.
Katarak Trauma
Terjadi
akibat rudapaksa tumpul atau tajam (Ilyas, 2000) cukup untuk mendorong tumor
vitreus masuk kekapsut lensa (Nettipa, 2000: 43) pengobatan bila tidak terdapat
penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi
dalam bentuk gloukoma aliibat lensa yang mencembung atau uveitis akibat masa
lensa.
D. MANIFESTASI KLINIS
1.
Penurunan ketajaman penglihatan
2.
Silau
3.
Adanya pengemburan seperti mutiara keabuan
pada pupil
4.
Pandangan kabur/redup
5.
Susah melihat di malam hari
6.
Pupil tampak kekuning-kuningan,
abu-abu/putih
(Brunner & Suddarth, 2001 : 1996)
E. FATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior
iris yang jernih, transparan berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan
refraksi yang besar, Lensa mempunyai 3 komponen anatomis (nucleus, korteks,
kapsul anterior dan posterior). Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opsitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nucleus. opasitas pada kapsul posterior
merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada
jandela perubahan fisik dan kirnia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada selabut halus multiple (zanula) yang memanjang
dari badan gilier ke sekitar daerah di lensa, misalnya : dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
lalannya cahaya ke retina. Salah satu teori mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari dengenerasi.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma/sistematis
(diabetes), tapi sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang
memasuki decade ketujuh. Katarak dapat bersifat conginental dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambilobia
dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor yang paling sering diperankan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV B, obat-obatan, atkohol,
merokok, diabetes danasupan vitamin. Antioksidan yang kurang dalam jangka waktu
lama.
(Bunner
dan Suddarth, 2001 : 1990)
F. PATWAY
|
|
G. KOMPLIKASI
1.
Kerusakan endetel kornea
2.
Sumbatan Pupil
3.
Glaukoma
4.
Perdarahan
5.
Fistulaluka op
6.
Endoftalmitis
Pemerikasaan Dlagnosa :
1.
Optalmoskopi
2.
A-Scan ultrasound
3.
Slit lamp
4.
Shadow test.
H. PENATALAKSANAAN
1.
Pembedahan
2.
Pasca operasi ditujukan untuk mencegah
infeksi dan terbukanya luka operasi. pasien diminta untuk tidak banyak begerak, menungging / bersujud dan
menghindari rnengangkat beban berat selama sebulan. Mata ditutup selama
beberapa hari/ dilindungi dengan kacamata pada siang hari. Dalam beberapa
minggu pada waktu malam hari mata diberi perlindungan dari logarn selama 6-8
minggu kacamatan permanen.
(Bunner
& Suddarth, 2001:1 997)
I. FOKUS PENGKAJIAN
1.
Aktivitas Istirahat
Gejala :
perubahan aktivitas biasanya,/hobi sehubungan dengan gangguan Penglihatan
2.
Makanan / Cairan
Gejala :
Mual/muntah
3.
Nevro Sensori
Gejala :
Gangguan penglihatan (kabur/taK jelas). sinar terang menyebapkan silau dengan
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa
diruang gelap.
Tanda :
Tampak kecoklatan/putih susu pada pupil
Pupil menyempitkan dan merah
Peningkatan ain mata
4.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Ketidaknyamanan ringan / mataberair
(Doenges,
1999:412)
J.
FOKUS INTERVENSI
1.
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan
ketajaman mata (kerusakan penglihatan).
Tujuan :
menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
Intervensi :
a.
Bantu aktivitas dan libatkan keluarga
b.
Bantu Pasien menata lingkungan
c.
Orientasi pasien pada lingkungan
d.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan
kepala tiba-tiba menggaruk mata.
e.
pertahankan perlindungan mata sesuai
indikasi
Rasional :
a.
Meningkatkan kenyamanan dan kekeluargaan pasien
dan keluarga
b.
Meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien
c.
Menurunkankecemasan
d.
Menurunkan stress
e.
Melindungi dari cidera kecelakaan dan merurunkan
gerakan mata.
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhuburrgan
dengan trauma pembedahan
Tujuan :
Menurunkan nyeri atau terjadinya hilang nyeri
Kriteria hasil : - pasien menyatakan nyeri berkurang
- Pasien dapai beristirahat dengan tenang.
Intervensi
:
a.
Kaji nyeri
b.
Kurangi pencahayaan
c.
Berikan anjuran uniuk ltenggunakan kacamata
hiiam pada cahaya kuai.
d.
Beri kompres dingin.
e.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik.
3.
Resiko tinggi berhubungan dengan adanya
luka bekas operasi.
Tujuan :
Menurunkan resiko tinggi
Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas , drainase
pufulen, edema dan demam.
(Doonges,
1999:415)
Intervensi
:
a.
Jaga kebersihan Luka
b.
Observasi adanya tandatanda inveksi
c.
Beri posisi yang cepat
d.
Baiasi aktivitas pasien
e.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotik
Rasional
:
a.
Tehnik aseptik menurunkan jumfah bakteri
dan penyebarannya
b.
Untuk mencegah/ menurunkan resiko
terjadinta infeksi
c.
Menurunkan tekanan pada mata yang sakit dan
meminimatkan resiko pendarahan
d.
Menurunkan stress pada area operasiatau
menurunkan TIO
4.
Ansietas berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan
Tujuan :
Menurunkan ansietas
Kriteria
hasil : Pasien tampak rireks dan
ansietas menurun.
Intervensi
:
a.
Kaji derajat kerusakan penglihatan
b.
Orientasi pasien pada lingkungan
c.
Dorong pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah
d.
Libatkan keluarga dalam aktivitas sosial
dan penglihatan bila memungkinkan.
Rasional :
a.
mempengaruhi persepsi pasien terhadap
ancaman potensial siklus aktivitas dan mempengaruhi upaya medik untuk
mengontrol TIO
b.
Mengurangi disorientasi pasien
c.
Memberi kesempatan pasien untuk menerima
situasi nyata
d.
Memberi kenyamanan dan meningkatkan
kekeruargaan.
(Doenges,
1999 : 420)
5.
Potensial kurangnya perawdtan diri
berhubungan dengan penurunan penglihatan mata.
Tujuan : Pasien dapat melakukan perawatan diri
Kriteria
hasi : pasien menyatakan nyaman dan dapat
melakukan perawatan diri.
(Doenges,
1999:416)
Intervensi
:
a.
Bantu aktivitas pasien dan libatkan
keluarga.dalam pemenuhan ADL.
b.
Ajarkan pasien dan keluarga tehnik panduan
penglihatan.
Rasional
:
a.
memberi kenyamanan pasien dan meningkatkan
ke.keluargaan.
b.
Memberikan kesematan pasien dan keruarga
untuk meningkatkan kenyamanan dan melakukan tindakan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilyn, Mary Francer Moorhouse,
Alice C.Galssler, 2000. Rencana Asuhan
Keperatan. Edisi 3, Alih bahasa I Made Koriasih. Jakarta : EGC,. Hal 412.
Doengos Marilyn, Rencana Astlhan
Keperawatan Edisi2. Alih bahasa. Jakarta : EGC : hal 412
Brunner & Suddart, 2001-1996.
Sari, Ilmu
Penyakit Mata Ilyas, 2000 hal 89 – 95.
Smeltzet C Suianne, Bare, G. Brenda 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Vol.
Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar