EFUSI PLEURA
A.
PENGERTIAN
Efusi
pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
viseral dan pariental.
(Brunner & Suddarth. 2002 : 593)
Efusi pleura adalah area potensial antara pleura,
dapat bersifat eksudat atau transudat.
(Robins : 567)
Efusi pleura adalah area potensial antara pleura
viseral dan parietal yang membatasi paru dan dinding dada anterior, cairan ini
mengalami peningkatan/ kelebihan cairan.
(Dudak, Carolyn. 1997 : 562)
Efusi pleura adalah istilah yang biasa digunakan bagi
penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Sylvia, 1995 : 704)
B.
Etiologi
Efusi pleura
disebabkan oleh :
1. Peningkatan tekanan kapiler
subpleural/ limfatik
2. Penurunan tekanan osmotik
koloid darah
3. Peningkatan tekanan negatif
intrapleural
4. Adanya informasi atau
neoplastik pleural
(Hudak,
Carolyn, 1997)
- Neoplasma seperti neoplasma bronkogenik dan metastalik
- Kardiovaskule, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonal dan pankreastitis.
- Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses dan sindroma meigs.
- Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan parasit
- Trauma
- Lain-lain seperti sindrom nefrotik dan kremla, reumatoid
(Stockslager, 2007 : 122)
C.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala efusi pleura akan tergantung dari
jumlah cairan yang ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya
sedikit (misal < 250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik hanya
dapat dideteksi dengan X-Ray foto thoraks.
Dengan membesarnya efusi akan terjadi restiksi
ekspansi paru dan pasien mungkin mengalami :
- Dispnea
- Nyeri pluritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura
- Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
- Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
- Pergerakan dada berkurang dan terhambatnya pada bagian yang terkena
- Perkusi meredup diatas efusi pleura
- Egotomi diatas paru-paru yang tertekan dekat efusi
- Suara nafas berkurang diatas efusi pleura
- Fremitus vokal dan raba berkurang
(Brunner &
Suddarth. 2002 :
593)
D.
PATHOFISIOLOGI
Pleura
terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yaitu pleura viseralis dan pleura
parientalis dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini yaitu
:
1. Pleura viseralis, bagian
permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesoterial yang tipis (tebalnya
kurang lebih dari 30 cm). Diantara celah-celah sel ini terdapat berbeda sel
limfosit keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempelkan dengan kuat pada
jaringan parenkim paru.
2. Pleura parientalis, lapisan
jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel mesotelial, jaringan ikat
(jaringan kologen dan serat-serat elastik) keseluruhan jaringan pleura parrien
talis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada
diatasnya.
Dalam
keadaan normal pleura seharusnya tidak terdapat rongga. Kosong antara pleura
viseralis dan pleura parientalis tersebut karena biasanya terdapat sedikit
cairan kurang lebih 5 – 15 ml berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi, cairan tersebut merupakan
lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur.
Terjadinya
gangguan pada ruang pleura it karena terjadi ketidakseimbangan tekanan
hidrostatik dan tekanan koloid asmotik menjadikan cairan dapat terkumpul dalam
ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis
dan hampir selalu merupakan signifikan patologi transudat (filtrat plasma yang
mengalir menembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleural terganggu biasanya oleh
ketidakseimbangan feklindro statik/ osmotik. Transudat menandakan bahwa kondisi
seperti asiles atau penyakit sistemik seperti gagal jantung kongestif atau
gagal ginjal mendasario penumpukan cairan (eksudat (ekstravasasi cairan kedalam
jaringan atau kavistas) biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri /
tumor yang mengenai permukaan
pleura. Efusi plaera yang meluas akan menyeabkan sesak nafas. Prenumonia akan
menyebabkan deman menggigil dan nyeri dada pleuritis sementara efusi malignan
dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. efusi dapat terdiri atas eksudat atau
dapat mengandung darah atau puprlen. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh sistem
linfatik dan hanya sebagiankecil yang diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal.
(Smetlzer. 2001 : 593 & Hudak. Carolyn. 1997
: 562)
E.
KOMPLIKASI
1. Pnemotoraks
(terdapat udara pada toraks)
2. Pneumonia
(peradangan pada parenkrim paru)
3. Emplema
(pengumpulan cairan purulen/pus pleura)
(Stockslager,
Jaime. 2007: 121)
F.
PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk
menemukan penyebab dasar untuk mencegah penumpukan kembali cairan dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan.
Penatalaksanaan Medis
- Drainase (WSD) cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri : dispnew dan lain-lain. Cairan; efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
- Antibiotik, jika terdapat euprema
- Pleurodesis
- Operatif
- Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan
- Biopsi pteura
(Smeltzer.20Ol : S93)
Penatalaksanaan Keperawatan
- Memposisikan pasien untuk tindakan torasentetis serta mengurangi nyeri
- Memberikan dukungan sepanjang prosedur medis
- Mempcsisikan pasien senyaman mungkin untuk mengurangi nyeri
(Smeltzer.2001 : 594)
G. Fokus Pengkajian
1.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda :
Letarge, penurunan toleransiterhadap aktivitas
2.
2. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat adanya GJK Kronis
3.
3. Makanan/Cairan
Gejala :
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah
Tanda :
Distensi abdomen
Hiperaktif bunyi usus
Kulit kering dengan turgor buruk
4. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit
kepala
Nyeri dada (pleuritrk), meningkat oleh batuk, nyeri dada substernal (infl
uenza), misalnya artralgia
Tanda :
Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
5.
Pernafasan
Gejala :
Riwayat adanya/lsK kronik, PPQM, merokok sigaret Talapnea, dispnea prorgresif, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
Sputum/Merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi : pekak diatas area yang dikonsolidasi
Fremitus : vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi gesekan friksi
pleural
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat atau nafas bronchial
Warna : pucaUSianosis bibir kulit
6.
Keamanan
Gejala : Riwayat
gangguan sistem imun, misal : SLE, AIDS penggunaan
steroid, demam
Tanda :
Berkeringat
Menggigil berulang, gemetar
Kemerahan mungkin ada pada kasus mibeola/Varisella
(Doengoes Marylin. 1994 ; 164 - 165)
G. FOKUS INTERVENSI
1.
Nyeri : akut berhubungan dengan penumpukan cairan pada kavum pleura
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : menunjukkan nyeri
hilang/berkurang
lntervensi :
a.
Kaji keadaan umum Pasien
b.
Kajitingkat nYeri Pasien
c.
Kaji temPat terjadinYa nYeri
d.
Berikan message Yang lembut
e.
Berikan posisiyang benar dan
nyaman
f.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik
2.
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan
: Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil : lrama, frekuensi dan
kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
Rencana tindakan :
a.
ldentifikasi faktor penyebab
b.
Kaji kualitas frekuensi dan
kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi
c.
Baringkan pasien dalam posisi yang
nyaman, dalam posisi duduk dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 - 90 derajat
d.
Observasi tanda-tanda vital (suhu,
nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien)
e.
Lakukan auskultasi suara nafas
tiapa 2- 4 jam
f.
Bantu dan ajarkan pasien untuk
batuk dan nafas dalam yang efektif
g.
Kolabolarasi dengan tim medis lain
untuk pemberian 02 clan obat-obatan serta foto thorax.
3.
Perubahan nutrisi kurang drai
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan
akibat sesak nafas.
Tujuan : Kebutuhan
nutrisiterpenuhi
Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40%
jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas noramal.
Rencana tindakan :
a.
Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi
b.
Auskultasi suara bising usus
c.
Lakukan oral hygiene setiap hari
d.
Sajikan makanan semenarik mungkin
e.
Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
f.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit TKTP
g.
Kolaborasi dergan dokter atau konsultasi untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi
lainnya (zevily, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menerus lebih
30% dari
kebutuhan.
4.
Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
Tujuan :
Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil : paseien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal
klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.
Rencana tindakan :
a.
Berikan posisi yang menyenangkan
bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler
b.
Ajarkan semi relaksasi
c.
Bantu dalam menggala sumber
kopirlg yang ada
d.
Pertahankan hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien
e.
Kaji faktor yang menyebabkan
timbulnya rasa cemas
f.
Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa
cemasnya
5.
Gangguan pola tidur dan istirahat
sehubungan dengan batuk yang mentap dan nyeri pleuritik.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dan kebutuhan istlrahat
terpenuhi. Mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan nyaman tanpa pasien beristirahat atau
tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
Rencana tindakan :
a.
Beri posisi senyaman mungkin bagi
pasien
b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum
dirawat
c.
Anjurkan pasien untuk latihan
relaksasi sebelum tidur
d.
Observasi gejala kardinal dan
keadaan umum pasien
e.
Ketidakmampuan melaksanakan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).
Tujuan :
Pasien mampu
melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin
Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan bersemangat,
personel hygiene pasien cukup.
Rencana tindakan :
a.
Evaluasi respon pasien saat
beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya perubahan
tanda-tanda vital
b.
Bantu Px memenuhi kebutuhannya
c.
Awasi Px saat melakukan aktivitas
d.
Libatkan keluarga dalam perawatan
pasien
e.
Jelaskan pada pasien tentang
perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f.
Motivasi dan awasi pasien untuk
melakukan aktivitas secara bertahap
6.
Kurang pengetahuan kondisi, aturan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Pasien dan
keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
a.
Px dan keluarga menyatakan
pemahaman penyebab masalah
b.
Px dan keluarga mampu
mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik
c.
Px dan keluarga mengikuti program
pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah
Rencana tindakan :
a.
kaji oatologi rnasalah individu
b.
identifikasi kemungkinan kambuh
atau komplikasi jangka panjang
c.
kaji ulang tanda atau gejala yang
memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress
pernafasan)
d.
kaji ulang praktik kesehatan yang
baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth,2002, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta.
Robins. Buku Ajar Patotogi. Edisi 7. EGC : Jakarta.
Hudak, Carolyn M. dkk. 1997. Keperawatan Kritis. Edisi Vl. Volume l. EGC
:Jakata.
Silvya, A Prive. 1995. Patofisiotaogi Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Edisi 4. EGC: Jakarta.
Doengoes, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa / Made
Kariasa, Skp. Edisi lll. EGC: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar