5.2.14

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA



EFUSI PLEURA

A.     PENGERTIAN
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan viseral dan pariental.
(Brunner & Suddarth. 2002 : 593)
Efusi pleura adalah area potensial antara pleura, dapat bersifat eksudat atau transudat.
(Robins : 567)
Efusi pleura adalah area potensial antara pleura viseral dan parietal yang membatasi paru dan dinding dada anterior, cairan ini mengalami peningkatan/ kelebihan cairan.
(Dudak, Carolyn. 1997 : 562)
Efusi pleura adalah istilah yang biasa digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Sylvia, 1995 : 704)

B.     Etiologi
Efusi pleura disebabkan oleh :
1.      Peningkatan tekanan kapiler subpleural/ limfatik
2.      Penurunan tekanan osmotik koloid darah
3.      Peningkatan tekanan negatif intrapleural
4.      Adanya informasi atau neoplastik pleural
(Hudak, Carolyn, 1997)
  1. Neoplasma seperti neoplasma bronkogenik dan metastalik
  2. Kardiovaskule, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonal dan pankreastitis.
  3. Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, abses dan sindroma meigs.
  4. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan parasit
  5. Trauma
  6. Lain-lain seperti sindrom nefrotik dan kremla, reumatoid
(Stockslager, 2007 : 122)

C.     MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misal < 250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik hanya dapat dideteksi dengan X-Ray foto thoraks.
Dengan membesarnya efusi akan terjadi restiksi ekspansi paru dan pasien mungkin mengalami :

  1. Dispnea
  2. Nyeri pluritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura
  3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
  4. Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
  5. Pergerakan dada berkurang dan terhambatnya pada bagian yang terkena
  6. Perkusi meredup diatas efusi pleura
  7. Egotomi diatas paru-paru yang tertekan dekat efusi
  8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura
  9. Fremitus vokal dan raba berkurang
(Brunner & Suddarth. 2002 : 593)

D.     PATHOFISIOLOGI
Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yaitu pleura viseralis dan pleura parientalis dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini yaitu :
1.      Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesoterial yang tipis (tebalnya kurang lebih dari 30 cm). Diantara celah-celah sel ini terdapat berbeda sel limfosit keseluruhan jaringan pleura viseralis ini menempelkan dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
2.      Pleura parientalis, lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel mesotelial, jaringan ikat (jaringan kologen dan serat-serat elastik) keseluruhan jaringan pleura parrien talis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.
Dalam keadaan normal pleura seharusnya tidak terdapat rongga. Kosong antara pleura viseralis dan pleura parientalis tersebut karena biasanya terdapat sedikit cairan kurang lebih 5 – 15 ml berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi, cairan tersebut merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur.
Terjadinya gangguan pada ruang pleura it karena terjadi ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid asmotik menjadikan cairan dapat terkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti secara klinis dan hampir selalu merupakan signifikan patologi transudat (filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleural terganggu biasanya oleh ketidakseimbangan feklindro statik/ osmotik. Transudat menandakan bahwa kondisi seperti asiles atau penyakit sistemik seperti gagal jantung kongestif atau gagal ginjal mendasario penumpukan cairan (eksudat (ekstravasasi cairan kedalam jaringan atau kavistas) biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri / tumor yang mengenai permukaan pleura. Efusi plaera yang meluas akan menyeabkan sesak nafas. Prenumonia akan menyebabkan deman menggigil dan nyeri dada pleuritis sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. efusi dapat terdiri atas eksudat atau dapat mengandung darah atau puprlen. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh sistem linfatik dan hanya sebagiankecil yang diabsorbsi oleh sistem kapiler pulmonal.
(Smetlzer. 2001 : 593 & Hudak. Carolyn. 1997 : 562)


E.     KOMPLIKASI
1.      Pnemotoraks (terdapat udara pada toraks)
2.      Pneumonia (peradangan pada parenkrim paru)
3.      Emplema (pengumpulan cairan purulen/pus pleura)
(Stockslager, Jaime. 2007: 121)

F.     PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar untuk mencegah penumpukan kembali cairan dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan.
Penatalaksanaan Medis
  1. Drainase (WSD) cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri : dispnew dan lain-lain. Cairan; efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat  dilakukan 1 jam kemudian.
  2. Antibiotik, jika terdapat euprema
  3. Pleurodesis
  4. Operatif
  5. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan
  6. Biopsi pteura
(Smeltzer.20Ol : S93)
Penatalaksanaan Keperawatan
  1. Memposisikan pasien untuk tindakan torasentetis serta mengurangi nyeri
  2. Memberikan dukungan sepanjang prosedur medis
  3. Mempcsisikan pasien senyaman mungkin untuk mengurangi nyeri
(Smeltzer.2001 : 594)
G.    Fokus Pengkajian
1.      Aktivitas/istirahat
Gejala        : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda        : Letarge, penurunan toleransiterhadap aktivitas
2.      2. Sirkulasi
Gejala        : Riwayat adanya GJK Kronis
3.      3. Makanan/Cairan
Gejala        : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah
Tanda        : Distensi abdomen
  Hiperaktif bunyi usus
  Kulit kering dengan turgor buruk
4.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala        : Sakit kepala
Nyeri dada (pleuritrk), meningkat oleh batuk, nyeri dada substernal (infl uenza), misalnya artralgia
Tanda        : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
5.      Pernafasan
Gejala        : Riwayat adanya/lsK kronik, PPQM, merokok sigaret Talapnea, dispnea prorgresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda        : Sputum/Merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi : pekak diatas area yang dikonsolidasi
Fremitus : vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi gesekan friksi pleural
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat atau nafas bronchial
Warna : pucaUSianosis bibir kulit
6.      Keamanan
Gejala        : Riwayat gangguan sistem imun, misal : SLE, AIDS penggunaan steroid, demam
Tanda        : Berkeringat
Menggigil berulang, gemetar
Kemerahan mungkin ada pada kasus mibeola/Varisella
(Doengoes Marylin. 1994 ; 164 - 165)

G.    FOKUS INTERVENSI
1.      Nyeri   : akut berhubungan dengan penumpukan cairan pada kavum pleura
Tujuan             : nyeri teratasi
Kriteria hasil    : menunjukkan nyeri hilang/berkurang
lntervensi         :
a.       Kaji keadaan umum Pasien
b.      Kajitingkat nYeri Pasien
c.       Kaji temPat terjadinYa nYeri
d.      Berikan message Yang lembut
e.       Berikan posisiyang benar dan nyaman
f.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan             : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil    : lrama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas.
Rencana tindakan :
a.       ldentifikasi faktor penyebab
b.      Kaji kualitas frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi
c.       Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 - 90 derajat
d.      Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien)
e.       Lakukan auskultasi suara nafas tiapa 2- 4 jam
f.       Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif
g.      Kolabolarasi dengan tim medis lain untuk pemberian 02 clan obat-obatan serta foto thorax.
3.      Perubahan nutrisi kurang drai kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.
Tujuan             : Kebutuhan nutrisiterpenuhi
Kriteria hasil    : Konsumsi lebih 40% jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas noramal.
Rencana tindakan :
a.       Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi
b.      Auskultasi suara bising usus
c.       Lakukan oral hygiene setiap hari
d.      Sajikan makanan semenarik mungkin
e.       Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP
g.      Kolaborasi dergan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya (zevily, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menerus lebih 30% dari kebutuhan.
4.      Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).
Tujuan              : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria hasil    : paseien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali permenit.
Rencana tindakan :
a.       Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler
b.      Ajarkan semi relaksasi
c.       Bantu dalam menggala sumber kopirlg yang ada
d.      Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
e.       Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas
f.       Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya
5.      Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang mentap dan nyeri pleuritik.
Tujuan              : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi
Kriteria hasil    : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dan kebutuhan istlrahat terpenuhi. Mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan nyaman tanpa pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
Rencana tindakan :
a.       Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien
b.      Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan pasien sebelum dirawat
c.       Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur
d.      Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien
e.       Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan keletihan (keadaan fisik yang lemah).
Tujuan              : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin
Kriteria hasil    : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.
Rencana tindakan :
a.       Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital
b.      Bantu Px memenuhi kebutuhannya
c.       Awasi Px saat melakukan aktivitas
d.      Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
e.       Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f.       Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap

6.      Kurang pengetahuan kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan              : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
a.       Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah
b.      Px dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik
c.       Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah
Rencana tindakan :
a.       kaji oatologi rnasalah individu
b.      identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang
c.       kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan)
d.      kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat, latihan)
















 
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth,2002, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta.
Robins. Buku Ajar Patotogi. Edisi 7. EGC : Jakarta.
Hudak, Carolyn M. dkk. 1997. Keperawatan Kritis. Edisi Vl. Volume l. EGC :Jakata.
Silvya, A Prive. 1995. Patofisiotaogi Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Edisi 4. EGC: Jakarta.
Doengoes, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa / Made Kariasa, Skp. Edisi lll. EGC: Jakarta.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar